PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia
dalam suatu organisasi , baik formal maupun non-formal, pada dasarnya
merupakan perwujudan dari peningkatan sumber daya manusia secara keseluruhan.
Hal ini merupakan suatu infestasi bagi organisasi, dan akan
berimplikasi positif terhadap pengembangan sumber daya manusia suatu bangsa.
Tujuan pengembangan
sumber daya manusia dalam organisasi merupakan kegiatan menarik, mengembangkan, memotifasi personal, memberikan
pernaharnan terhadap posisi dan standar yang harus
ditampilkan.
Kegiatan–kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan individu, pekerjaan, dan organisasi secara efektif. Kegiatan sumber daya manusia melalui penarikan personal, mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas personal untuk memecahkan permasalahan.
Kegiatan–kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan individu, pekerjaan, dan organisasi secara efektif. Kegiatan sumber daya manusia melalui penarikan personal, mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas personal untuk memecahkan permasalahan.
Salah satu fungsi
manajemen sumber daya manusia adalah training and development artinya
bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja pendidikan yang bersumber daya manusia
yang baik dan tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan . hal ini sebagai upaya untuk mempersiapkan
para tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi tugas pekerjaan jabatan yang
dianggap belum menguasai. Manajemen thought yang dikemukan Taylor, bahwa
tenaga kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat. Teori ini sangat tepat untuk
menghindari kemungkinan terburuk dalam kemampuan dan tanggung jawab bekerja.
Sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih efektif dan efesien sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam instansi pendidikan biasanya para
tenaga kerja yang akan menduduki jabatan barn yang tidak didukung
dengan pendidikan atau belum mampu melaksanakan tugasnya, biasanya upaya yang
ditempuh adalah dengan melakukan pelatihan dan pengembangan karir. Dengan
melalui pelatihan dan pengembangan, tenaga kerja akan mampu mengerjakan,
meningkatkan, mengembangkan pekerjaannya.
B. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan.
Sumber daya manusia
merupakan unsur yang sangat vital dalam setiap organisasi, karena faktor sumber daya manusia sangat dominan dalam
proses kerja dalam organisasi maka untuk mencapai tujuan organisasi
perlu diadakan pengembangan sumber daya
manusia yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja, keterampilan, prilaku
serta pengetahuan pegawai. Disamping itu, perubahan yang tedadi seiring modernisasi
baik dalam lingkup organisasi maupun diluar
organisasi menuntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia.
Sumber
daya manusia sebagai investasi dalam organisasi memegang peranan penting dan berkontribusi langsung
terhadap pertumbuhan suatu bangsa. Untuk itu
perlu kesadaran semua pihak dalam mengembangkan sumber daya manusia.
Djojonegoro, menyatakan bahwa pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai
suatu proses pembudayaan bangsa bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang menguasai pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Wawasan yang diperlukan dalam
era globalisasi adalah kemampuan untuk memandang jauh kedepan, wawasan mutu dan
kekayaan, serta wawasan perubahan yang sesuai dengan nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat.
Menurut Silalahi
Pengembanga sumber daya manusia antara, lain didasarkan atas asumsi bahwa
manusia mempunyai potensi sumber daya yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya. Dalam hal ini ,manusia juga merupakan unsur
terpenting yaitu sebagai subjek yang melaksanakan
dan menggerakkan sumber daya lainnya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Hasibuan menjelaskan bahwa pengembangan sumber daya manusia juga merupakan
suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis atau konseptual dan sikap personal sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan
melalui pendidikan dan pelatihan.[1]
Pengembangan sumber
daya manusia hendaknya didasarkan atas kebutuhan individu dan organisasi atau lembaga serta direncanakan secara cermat dan
sistematis dengan menggunakan metode ilmiah tertentu sehingga mencapai tujuan
organisasi Dalam konteks ini, Bucharin Zainun, menyatakan bahwa:
1)
Menyiapkan seseorang agar saatnya diberi tugas
tertentu yang belum tahu secara kchusus apa tugas itu dengan
harapan akan mampu bila mans nanti diserahi tugas yang sesuai.
2)
Memperbaiki kondisi seseorang yang sudah diberi tugas dan sedang
menghadapi tugas tertentu yang merasa ada kekurangan pads dirinya untukmampu
mengembangkan tugas itu sebagaimana mestinya.
3)
Melengkapi seseorang dengan hal –hal apapun yang mungkin timbul diseputar tugasnya baik yang langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap pelaksanaan tugasnya.
4)
Menyesuaikan seseorang kepada tugas–tugas yang mengalami perubahan
karena berubahnya syarat-syarat untuk mengerjakan tugas atau
pekedaan itu secara sebagian atau seluruhnya.
5)
Menambah keyakinan dan percaya diri kepada
seseorang bahwa dia adalah orang yang benar–benar cocok untuk tugas
yang sedang diembannya.
6)
Meningkatkan wibawa seseorang dari pandangan bawahan maupun orang lain
baik teman sejawat ataupun relasinya.
Sumber daya manusia yang
berkualitas dikembangkan melalui banyak cara antara lain :
1)
Melalui pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi
2)
Melalui program pendidikan dan pelatihan yang sistematik
maupun informal
ditempat kerja
3)
Pengembangan diri sendiri, atas inisiatif sendiri berupaya memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan.[2]
Pendidikan dalam
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas menurut Djojonegoro, adalah
sebagai berikut :
1)
Pendidikan berorientasi terhadap upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diwujudkan melalui program pemerataan kesempatan belajar yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga negara.
2)
Pendidikan yang berorientasi pada penyiapan tenaga keda trampil dan
propesional.
3)
Pendidikan yang berorientasi pada upaya peningkatan penguasaan IPTEK.
Lebih
lanjut Djojonegoro menyatakan peranan
pendidikan dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah menempatkan pendidikan sebagai katalisator pengembangan kualitas sumber daya
manusia memerlukan cara berpikir dalam pengembangan sektor ini. Pada masa lalu
pendidikan dipandang untuk mendidik manusia menjadi cerdas, berkepribadian, dan
memiliki pengetahuan yang luas. Pada masa
sekarang dan yang akan datang pendidikan harus memiliki manfaat
bagi percepatan kemajuan dalam berbagai bidang dan sektor
pembangunan. Titik singgung antara pendidikan dan sektor-sektor
pembangunan adalah sumber daya, manusia yang bermutu. Pada dasarnya
pengembangan kualitas sumber daya manusia berlangsung sepanjang hayat dan
dilakukan dalam berbagai bidang pembangunan yang terkait mengait seperti,
pendidikan, pelatihan keda industri. Pendidikan merupakan faktor inti dalam
pengembangan sumber daya. manusia.
Kegiatan inti
pengembangan kualitas sumber daya manusia. menurut Suke Silverius , berada pada
proses pembelajaran dikelas yang kondusif. Penerapan desentralisasi pendidikan
ditingkat kelas dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia, antara, lain
sebagai berikut :
1)
Guru dan siswa saling mengajar dan saling belajar
2)
Guru dan siswa saling berfikir dan memikirkan
3)
Guru dan siswa saling bicara dan saling mendengarkan
4)
Guru dan siswa saling mengatur dan diatur
5)
Guru dan siswa bersama-sama
memilih dari sekian alternatif yang perlu dilaksanakan bersama-sama untuk
mewujudkan pendidikan dikelasnya pada khususnya disekolah pada umumnya.
Pengembangan sumber daya manusia ini dirancang untuk meningkatkan
efektivitas manajer secara keseluruhan dalam jabatan yang sekarang dan untuk
menyiapkan mereka untuk bertanggung jawab yang lebih besar bila mereka
dipromosikan. Program pengembangan sumber daya manusia telah mendapat perhatian
pada akhir-akhir ini karena makin rumitnya tuntutan terhadap pekerja. Jika kita
membiarkan pengalaman saja untuk melatih pekerja merupakan suatu proses yang
terlalu banyak memakan waktu serta tidak dapat diandalkan.[3]
C.Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
Untuk pengembangan sumber daya manusia harus
dimulai dari rencana-rencana sumber daya manusia organisasi karena rencana ini menganalisa,
meramalkan atau memprediksi dan menyebutkan kebutuhan organisasi untuk sumber
daya manusia pada saat ini dan yang akan datang, selain itu perencanaan sumber
daya manusia gerakan orang-orang dalam organisasi yang disebabkan oleh pensiun,
promosi, dan pemindahan tugas. Selain itu perencanaan sumber daya manusia
menyebutkan kapabilitas yang dibutuhkan oleh organisasi tersebut dimasa yang
akan datang guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Proses
pengembangan sumber daya manusia, rencana sumber daya manusia menyebutkan kapabilitas para individu yang
dibutuhkan lebih dahulu. Kapabilitas seperti
itu tentu saja dapat mempengaruhi perencanaan sebagai balasan. Kemampuan tertentu dapat mempengaruhi
keputusan tentang promosi dan proses
suksesi didalam organisasi tersebut. Keputusan itu mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh keputusan penilaian atas kebutuhan pengembangan dalam
organisasi. Dua kategori perencanaan pengembangan yang
merupakan hasil dari penilaian kebutuhan ini organisasi dan individual.
Terakhir, keberhasilan proses pengembangan harus
dievaluasi dan dilakukan perubahan
sesuai kebutuhan.[4]
Pengembangan
guru dalam lembaga pendidikan secara, efektif dapat dilaksanakan melalui strategi berikut:
1)
Membuat desain perencenaan terhadap kebutuhan
pengembangn guru.
2)
Membuat program pengembangan guru
3)
Mengimplimentasikan program pengembangan,dan
4)
Menegadakan evaluasi terhadap pengembangan guru.
Karena itu,
pengembangan guru merupakan suatu usaha kemampuan
teknis, teoritis-konseptual, dan sikap guru sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan yang dilakukan melalui
pendidik-an dan latihan. Lebih lanjut
Castetter mengemukakan bahwa, proses pengembangan sumber daya manusia
(guru) terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.[5]
Feedback, Model Of the Personal Developmen
Process.[6]
Dari
gambar diatas dapat dilihat bahwa strategi yang harus dilakukan dalam proses pengembangan sumber daya
manusia pada suatu organisasi akan memberikan panduan kepada pemegang jabatan
(pimpinan) dalam melakukan pengembangan
sumber daya manusia (guru) yang efektif, dan dapat ditempuh melalui
empat fase penting, yaitu: (1) fase diagnotik, (2) fase desain, (3) fase
implementasi/operasi, dan (4) fase evaluasi.
1) Fase diagnostik adalah mendiagnosis fase kebutuhan pengembangan berkaitan
dengan kebutuhan individu kebutuhan
kelompok, dan
kebutuhan organisasi. Rencana pengembangan tersebut harus
menjawab kebutuhan organisasi secara komperhensif
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan khusus ditandai dengan pengetahuan spesifik dan keahlian
tertentu bagi individu yang memegang jabatan. Potensi
yang dimiliki menjadi bekal untuk dikembangkan dan semuanya harus diawali
dengan diagnosis untuk kepentingan rencana penembangan sumber daya manusia.
2)
Fase desain adalah merancang
rencana pengembangan berdasarkan kepada: (1) masalah-masalah organisasi
dan kebutuhan program pengembangan sebagai pendahuluan, (2) mendeskripsi
tujuan khusus dan seleksi tujuan khusus dan
seleksi tujuan berdasarkan dampak, (3) menentukan
pihak-pihak yang ikut berpartisipasi, (4) merencanakan pengganti dengan melakukan identifikasi dan
pengembangan sebagai bagian
penting.(5) menetapkan kelender untuk mencapai tujuan, (6) merancang
kebutuhan individu dan kebutuhan kelompok dalam berbagai kegiatan, (7) merekrut peserta, (8) menyususn
deskripsi waktu, prosedur dan evaluasi, dan (9) menetapkan jadwal
monitoring.
3)
Fase implimentasi/operasi adalah melaksanakan program pengembangan
sesuai dengan rencana yang membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menilai
relevansi program yang dipilih dan dilaksanakan pada kesempatan tersebut, dan
melakukan koordinasi terutama dalam rangka mewujudkan tenaga profesional.
4)
Fase evaluasi adalah mengarahkan
kegiatan evallinsi untuk melihat kinerja administrasi dan rasional metode/teknik
yang digunakan selama program pengembangan diimplementasikan. Pada dasarnya
untuk mengetahui bagaimana implementasi pengembangan dilihat dari jalur yang
tidak menyimpang, dari yang direncanakan.
Jadi hemat penulis keempat fase tersebut
hendaknya diimplementasikan oleh pemegang jabatan
(pimpinan) dengan menetukan posisi jabatan yang ditetapkan sebagai
lokasi pengembangan.
Setelah posisi jabatan disetujui menjadi
kebutuhan yang diprioritas untuk dijadikan
kebijakan dalam rangka mengisi formasi sekaligus memperoleh tenagatenaga
terampil dan cakap melaksanakan tugas, maka dianalisis kebutuhan.[7]
Kita bisa lihat pernyataan Siagian, yaitu Langkah–langkah yang, perlu
ditempuh untuk pengembangan sumber daya manusia (guru) adalah :
(a) Penetuan kebutuhan, (b) Penentuan
sasaran, (c) Penetapan isi program (d) Identifikasi prinsip-prinsip belajar, (e) Pelaksanaan program, (f) Identifikasi manfaat, (g)
Penilaian pelaksanaan Program.
D. Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan.
Sejenak kita memahami
pengertian pelatihan, seperti Menurut
Nitisemito, Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud
untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para pegawai yang sesuai
dengan keinginan lembaga yang bersangkutan.[8]
Menurut Simamora, Pelatihan adalah proses sistematik
pengubahan perilaku para pekerja dalam suatu arah guna meningkatkan
tujuan-tujuan organisasional.[9]
Armstrong, “Training is A planned process to modify attitude,knowledge or
skill behavior through learning experience to achieve effectivepeformance in an
activity or of activities’.[10]
Dari berbagai pendapat di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
pelatihan bukanlah merupakan suatu tujuan, tetapi merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan tanggung jawab mencapai tujuan perusahaan. Pelatihan merupakan
proses keterampilan kerja timbal balik yang bersifat membantu, oleh karena itu
dalam pelatihan seharusnya diciptakan suatu lingkungan di mana para guru dapat
memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan
perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga dapat
mendorong mereka untuk dapat bekerja lebih baik.
Tujuan-tujuan utama pelatihan pada intinya dapat dikelompokkan
ke dalam lima bidang :
1.
Memperbaiki kinerja, kendatipun pelatihan
tidak dapat memecahkan semua masalah kinerja yang tidak efektif, program
pelatihan dan pengembangan yang sehat kerap berfaedah dalam meminimalkan
masalah-masalah ini
2.
Memutakhirkan keahlian para guru sejalan
dengan kemajuan teknologi
3.
Melalui pelatihan, pelatih (trainer)
memastikan bahwa guru dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi
baru. Perubahan teknologi, pada gilirannya, berarti bahwa pekerjaan-pekerjaan
sering berubah dan keahlian serta kemampuan guru mestilah dimuktakhirkan
melalui pelatihan sehingga kemajuan teknologi tersebut secara sukses dapat diintegrasikan
ke dalam organisasi
4.
Mengurangi waktu belajar bagi guru baru
supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan. Sering seorang guru baru tidak
memiliki keahlian-keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi “ job
competent,” yaitu mampu mencapai output dan standar kualitas yang diharapkan
5.
Membantu memecahkan permasalahan operasional.Meskipun
persoalanpersoalan
6.
Organisasional menyerang dari berbagai
penjuru, pelatihan adalah sebagai salah satu cara terpenting guna memecahkan
banyak dilema yang harus dihadapi oleh manajer
7.
Mempersiapkan guru untuk promosi. Salah satu
cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi guru adalah melalui program
pengembangan karir yang sistematik.[11]
Mengembangkan kemampuan promosional guru adalah konsisten
dengan kebijakan personalia untuk promosi dari dalam pelatihan adalah unsur
kunci dalam sistem pengembangan karir. Organisasi-organisasi yang gagal
menyediakan pelatihan untuk memobilitas vertikal akan kehilangan guru yang
beroirentasi-pencapaian (achievement oriented) yang merasa frustasi
karena tidak adanya kesempatan untuk promosi dan akhirnya memilih keluar dari
perusahaan dan mencari perusahaan lain yang menyediakan pelatihan bagi kemajuan
karir mereka.
Mengorientasikan guru terhadap organisasi. Selama
beberapa hari pertama pada pekerjaan, guru baru membentuk kesan pertama mereka
terhadap organisasi dan tim manajemen.Kesan ini dapat meliputi dari kesan yang
menyenangkan sampai yang tidak mengenakkan, dan dapat mempengaruhi kepuasan
kerja dan produktivitas keseluruhan guru.
Karena alasan inilah, beberapa pelaksana orientasi
melakukan upaya bersama supaya secara benar mengorientasikan guru-guru baru
terhadap organisasi dan pekerjaan. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan
pribadi. Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan
menyediakan aktivitas-aktivitas yang membuahkan efektifitas organisasional yang
lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua guru.
Dari pendapat di atas mengenai tujuan pelatihan maka
dapat disimpulkan bahwa adanya pelatihan diharapkan dapat mengembangkan guru
sesuai dengan kompetensinya, dapat menggunakan keahliannya sesuai dengan
perubahan teknologi, guru akan lebih berorientasi pada pengembangan kegiatan
belajar mengajar, meningkatkan kinerja guru dan untuk pengembangan karir,
sehingga adanya pelatihan diharapkan akan dapat meningkatkan pertumbuhan
pribadi setiap guru.
Pelatihan merupakan proses keterampilan kerja timbal
balik yang bersifat membantu. Karena itu, dalam pelatihan seharusnya diciptakan
suatu lingkungan di mana para peserta pelatihan dapat memperoleh atau mempelajari
sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang
berkaitan dengan pekerjaan, sehingga dapat mendorong mereka untuk dapat bekerja
lebih baik.
Latihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki
kemampuan kerja seseorang, sedangkan pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang, termasuk di dalamnya peningkatakan
penguasaan teori dan keterampilan membuat keputusan yang menyangkut kegiatan
mencapai tujuan.[12] Dapat disimpulkan bahwa pengertian pengembangan
memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan pelatihan dan
pendidikan. Karena latihan dan
pendidikan hanya meningkatkan dua aspek saja yaitu kemampuan dan pengetahuan.
Sementara pengembangan mencakup tigas aspek yang terdiri dari: pengetahuan,
kecakapan/kemampuan, dan sikap. Dengan demikian kedua istilah tersebut
merupakan bagian dalam pengembangan sumber daya manusia.
Penyamarataan arti bagi istilah latihan dan pengembangan
mungkin bisa dimaklumi mengingat kedua istilah tersebut memiliki tujuan yang
saling mendukung yaitu :
a.
Latihan
dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau
kemampuan guru dengan permintaan jabatan.
b.
Program-program
ini dapat meningkatkan efisiensi dan ekfektifitas kerja guru dalam mencapai
sasaran-sasaran kerja yang telah dicapai.
c.
Dapat
membantu tenaga pengajar dalam menghindarkan diri dari keusangan dan
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik.[13]
Selain memiliki tujuan yang sama,
kedua istilah ini juga memiliki fungsi yang hampir sama dan cenderung saling
mendukung, namun letak perbedaannya yaitu pada sasaran akhirnya. Program
pelatihan diarahkan untuk memelihara dan memperbaiki prestasi kerja saat ini,
sementara pengembangan dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan untuk pekerjaan
masa depan. Baik manajer maupun bukan manajer akan terbantu dengan program
pelatihan dan pengembangan, meskipun pengalaman yang didapat berbeda-beda.
Namun selanjutnya di dalam pembahasan
ini akan dipakai istilah pelatihan, dan bila disebutkan istilah latihan, maka
istilah itu merupakan bagian dari proses pengembangan. Maka jelaslah pelatihan
merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan latrihan
(diklat) agar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan guru, baik fungsional maupun
manajerial, dapat bertambah sehingga mereka dapat melaksanakan tugas sesuai
dengan tuntutan pekerjaannya. Dengan adanya kegiatan pelatihan, maka madrasah
dapat memperbaiki dan mengatasi kekurangsempurnaan pelaksanaan tugas dan
mengatasi kesenjangan antara kemampuan dengan tuntutan pekerjaan yang biasanya
dialami oleh guru.
Pelatihan yang akan dibahas
selanjutnya meliputi kegiatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan, yang
memiliki arti meningkatkan kemampuan guru agar mereka lebih mengenal dan memahami
seluk belum pelaksanaan pekerjaan secara lebih mendalam memahami perkembangan
dan sasaran yang akan dicapai madrasah, senantiasa menghidupkan kerjasama dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi madrasah. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Ronald Nangoi bahwa: “Pendekatan yang paling efektif dan
tepat yang perlu dilakukan adalah investasi sumber daya manusia (human
invesment) melalui program-program pendidikan manajerial dan teknis yang
ada dan relevan dengan kebutuhan organisasi.[14]
Pendidikan dan latihan (diklat) yang
dilaksanakan di madrasah bila dilihat dari bentuknya dapat diklasfikasikan pada
dua segi, yakni :
a. Dari segi peserta:
1) Guru yang menjabat jabatan struktural/manajer, pengembangan ditujukan pada
pemantapan keterampilan dalam penanganan tugas dan masalah-masalah strategis
organisasi, sehingga berbagai segi yang berkaitan dengan kerja kepemimpinan
bisa lebih efektif.
2) Guru yang menjabat jabatan fungsional, pengembangan ditujukan pada
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan teknis, khususnya proses belajar
mengajar, penelitian, pengabdian, pembimbingan sehingga performance
kerja lebih baik.
b. Dari segi tahapan pendidikan dan latihan (diklat), idealnya diawali oleh
pengembangan pimpinan-pimpinan puncak yang langsung berhubungan dengan guru,
seperti kepala madrasah dan pimpinan-piminan lain yang mendapat program
pengembangan terlebih dahulu. Kemudian pengembangan diarahkan pada
person-person di bawahnya dilihat dari tingkat keorganisasian.[15]
Melalui tahapan model ini, prinsip-prinsip pengembangan guru dapat lebih siap
untuk diimplementasikan dan diaplikasikan.
Dari format yang ditawarkan di atas, dapat dimengerti bahwa pendidikan dan
latihan (diklat) merupakan tanggung jawab semua pimpinan. Kepala madrasah
sebagai pimpinan di madrasah harus secara kontiniu memenuhi kebutuhan
pengembangan bagi para guru dan mendorong mereka untuk berperan serta dalam
program pendidikan dan latihan (diklat), baik di dalam maupun di luar tempat
kerja.
Ada tiga aspek yang dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui kegiatan
pendidikan dan latihan (diklat), yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Adapun pengembangan pengetahuan para guru dapat dilakukan dengan berbagai cara,
di antaranya dengan:
a. Banyak membaca buku-buku, brosur, majalah dan surat kabar.
b. Banyak mendengar ceramah, siaran-siaran radio/TV.
c. Sering mengikuti rapat, pertemuran, diskusi, seminar, dan lokarkya.
d. Terlibat secara akatif dalam acara-acara yang dilaksanakan
sekolah.
e. Mengikuti pendidikan yang lebih tinggi dan pelatihan serta
kursus tambahan.
f. Sering berkomunikasi dengan rekan
kerja.[16]
Keragaman usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
pengetahuan guru di atas diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
melakukan tugas. Jika sebelumnya guru hanya mampu bekerja secara efektif selama
tujuh jam, maka setelah pendidikan dan
latihan (diklat) ia mampu
senantiaa bekerja efektif. Contoh lainnya, yaitu bila guru dulunya hanya bisa
menerapkan dua metode dalam mengajar maka setelah pendidikan dan latihan (diklat) pemakaian metode lebih bervariasi.
Dalam hal pengembangan keterampilan dan sikap guru melalui pendidikan dan latihan (diklat), biasanya
usaha tersebut dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pengembangan. Ada beberapa teknik yang digunakan
dalam menjalankan pengembangan sumber daya manusia. Teknik-teknik ini dirancang
untuk dapat meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi, dan perputaran,
serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada
dua katergori pokok program pengembangan:
a. Metode Praktis
Metode pelatihan di tempat kerja (on the job training)
paling banyak dipakai dalam usaha pengembangan pegawai. Hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa sebagian besar pekerjaan dapat dipelajari dalam jangka waktu
yang relatif singkat. Metode ini mempunyai kelebihan, karena memberi motivasi
besar kepada penatar untuk belajar karena situasi kelas pelatihan itu tidak
berlangsung dalam situasi yang artifisial. Pelatihan dalam tugas dilakukan
untuk guru yang sedang bertugas atau berdinas dalam suatu lembaga pendidikan.
Sifatnya menambah ilmu dan meningkatkan ketrampilan pada guru sehingga mereka
dapat melaksanakan tugas secara profesional.
Teknik-teknik yang dipakai dalam on the job training
adalah sebagai berikut :
1) Rotasi jabatan; agar guru punya pengetahuan pada
bidang-bidang yang lain, selain bidang yang ia geluti.
2) Latihan instruksi pekerjaan; petunjuk-petunjuk yang
diberikan secara langsung pada pekerjaan sehingga guru mengetahui cara
kerjanya.
3) Magang; proses belajar dari seseorang atau beberapa yang telah memiliki
kemampuan dan pengalaman.
4)
Coaching ; pemberian bimbingan dan arahan oleh atasan secara
langsung.
5)
Penugasan sementara, penempatan guru sebagai pendidik pada
suatu posisi manajerial atau sebagai anggota suatu kepanitiaan untuk jangka
waktu yang ditetapkan.[17]
b. Metode-Metode Simulasi
Metode ini merupakan pelatihan di luar tempat kerja yang
mengambil lokasi di luar lingkungan kerja tetapi dengan usaha simulasi kondisi
tempat kerja yang sebenarnya.
1) Metode studi kasus; deskripsi tertulis tentang situasi
pengambilan keputusan nyata disediakan, dengan metode ini diharapkan peserta
dapat mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan.
2) Role Playing,
peserta ditugaskan untuk memainkan peran tertentu dan diminta untuk menanggapi
peran peserta lain yang berbeda.
3) Business game;
simulasi pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan situasi
kehidupan bisnis nyata.
4) Vestibule training; di sini guru dilatih menggunakan peralatan yang sebenarnya
dan pengaturan yang realistik, tetapi di ruang yang berbeda dari tempat merka
bekerja. Tujuannya adalah menghindari tekanan yang terjadi di tempat kerja yang
mungkin mempengaruhi proses belajar. Training ini dilaksanan oleh
pelatih khusus dengan menggunakan area yang terpisah dengan berbagai jenis
peralatan yang sama dengan pekerjaan sebenarnya.
5) Laboratory training; latihan kelompok yang digunakan untuk mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.[18]
Pelatihan di luar tempat kerja mungkin difokuskan di ruang
kelas, dengan seminar, pengajar, dan film, atau menggunakan instruksi dengan
bantuan komputer yang dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk pelatihan
dan menyediakan bantuan lebih besar bagi masing-masing peserta.
Namun metode-metode dan teknik-teknik pengembangan di atas
tidak akan dapat berjalan secara efektif dan efisien tanpa memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
menjalankan kegiatan pengembangan adalah sebagai berikut:
a. Motivasi
b. Laporan kemajuan
c. Reinforcement
d. Praktek
e. Perbedaan individual.[19]
Motivasi dijadikan prinsip yang pertama, karena berdasarkan
motivasi maka seseorang bisa terdorong untuk melakukan sesuatu. Bila
motivasinya tinggi, maka secara otomatis ia dapat mempelajari ketrampilan atau
pengetahuan baru yang ditawarkan kepadanya dengan cepat. Sedangkan laporan
kemajuan diperlukan untuk melihat seberapa jauh seorang guru memahami
pengetahuan yang baru didapatnya. Reinforcement perlu dilakukan untuk
mendorong guru agar lebih giat belajar, sehingga motivasinya akan bertambah
karena diperkuat lagi dengan pemberian hadiah ataupun hukuman yang semuanya itu
ditujukan untuk kemajuan para guru dalam bekerja.
Prinsip selanjutnya yaitu mempraktikkan ilmu yang didapat
dari pendidikan dan latihan (diklat) juga tak kalah pentingnya, sebisa mungkin guru segera
mempratekkan ketrampilan yang didapatnya ke dalam suasana kerja yang
sesungguhnya. Dalam pengembangan, perbedaan individual juga patut
dipertimbangkan, karena pendidikan dan
latihan (diklat) akan
berjalan lebih efektif bila kecepatan dan kerumitan suatu keterampilan
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing peserta.
Pelaksanaan upaya pengembangan dengan berbagai metode,
teknik dan prinsipnya, merupakan suatu hal yang mutlak diadakan agar hasil yang
dicapai lebih optimal. Seiring dengan perkembangan zaman tentunya madrasah akan
menemui berbagai macam perubahan, baik itu pengembangan struktur organisasi
madrasah, pengembangan penggunaan teknologi baru dan struktur kerja. Maka
perubahan dan kemajuan yang terjadi tidak hanya dijadikan sebagai tolak ukur tetapi juga sebagai tantangan bagi pihak madrasah
apakah mereka telah siap menghadapi perubahan tersebut. Tentunya melalui pendidikan
dan pelatihan bagi para guru, sehingga siap menghadapi berbagai perubahan dan
kemajuan yang terus terjadi.
Pentingnya pelaksanaan pendidikan dan latihan (diklat) bagi
guru adalah karena kegiatan tersebut juga berarti mengembangkan martabat serta
kualitas dirinya sebagai manusia dan peningkatan martabat serta kualitas itu
tidak lain dengan memberikan kemampuan kepada guru untuk dapat memilih dan
memperkaya horizon pilihannya. Peningkatan kualitas berarti peningkatan atas
rangkaian pilihannya seperti terhadap kesehatan serta umur yang panjang,
memperoleh pendidikan yang cukup serta standar hidup yang memadai, serta
kemerdekaan yang bertanggungjawab. Dengan demikian peningkatan martabat bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, tetapi juga untuk pengembangan guru
sebagai peserta yang aktif dalam proses pembangunan.[20]
Pendidikan dan latihan sangat dibutuhkan terutama bagi guru
sebagai tenaga profesional, dengan tugas yang bersifat spesialis, harus
mendapat kesempatan berpromosi, mendapat insentif untuk meningkatkan
kontribusi, dan profesinya mendapat pengakuan baik pihak anggota organisasi
maupun luar organisasi. Mereka ini dipersyaratkan memiliki satu bidang
keahlian, yang diperoleh dari belajar secara formal, menekankan layanan dalam bekerja
bukan keuntungan materi, memiliki kode etik, sebagai anggota organisasi
profesi, dan mendapat izin untuk melaksanakan tugas.[21]
E. Jenis pelatihan dan pengembangan
Terdapat
banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut Simamora. Ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan:
1. Pelatihan keahlian
Pelatihan keahlian (Skill Training) merupakan
pelatihan yang Bering dijumpai dalam organisasi. Program pelatihannya relatif
sederhana: kebutuhan atau kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang
jeli. Kriteria penilaian efektifitas pelatihan juga berdarkan pada sasaran yang
diidentifikasikan dalam tahap penilaian.
2. Pelatihan ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah
subset pelatihan keahlian. Pelatihan ulang
berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka
butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubahubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja menggunakan mesin ketik manual mungkin
harus dilatih
dengan mesin komputer atau akses internet.
3.
Pelatihan lintas fungsional
Pelatihan lintas
fungsional (Gros Fungsional traing) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas keda dalam bidang lainnya selain
pekerjaan yang ditugaskan.
4.
Pelatihan. tim
Pelatihan tim merupakan bekerjasama terdiri
dari sekelompok individu untuk menyelesaikan pekedaan demi tujuan bersama dalam
sebuah tim kerja.
5.
Pelatihan. kreatifitas
Pelatihan kreatifitas (Creativitas
Training) berclasarkan kepada asumsi bahwa kreatifitas dapat dipelajari.
Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas
mungkin yang berdasar kepada penilaian rasional dan biaya dan kelayakan.[22]
G. Kesimpulan
Pelatihan lebih
terarah peningkatan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia yang berkaitan
dengan jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (curren Job oriented). Sasaran
yang ingin dicapai dari suatu program
pelatihan adalah peningkatan keda individu dalam jabatan atau fungsi
saat ini.
Pengembangan lebih cenderung bersifat
formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan
keahlian individu yang hares dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang
akan datang.
Pelatihan dan pengembangan merupakan
salah satu solusi terhadap sejumlah problem penurunan kualitas
kinerja organisasi atau lembaga dan instansi yang
disebabkan oleh penurunan kemampuan dan keusangan keahlian yang dimiliki tenaga kerja.
Pelatihan merupakan penciptaan suatu
lingkungan dimana kalangan tenaga keda dapat
memperoleh dan mempelajari sikap, kemampuan, keahlian pengetahuan prilaku spesifik yang berkaitan dengan pekedaan. Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang
dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan
sikap seseorang.
Pengembangan
adalah penyiapan individu untuk mengembangkan tanggung
jawab yang berbeda atau lebih tinggi didalarn organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan peningkatan
kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan
pekedaan yang lebih baik.
DAFTAR BACAAN
Armstrong, M, Personnel Management
Practice, Fourth Edition, London: Kogan Page limited, 1991.
Handoko, Hani T, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi
2, BPFE,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Nasir, Usman,
Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru, Konsep, Teori dan Model, Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2012.
Nitisemito,
S.A., Manajemen Personalia, Edisi Delapan, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1994.
Nangoi, Ronald, Pengembangan
Produksi Dan Sumber Daya Manusia, Cet. Kedua, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Robert, Mathius
L, Jackson.H John, Human Resource Management, Manajemen Sumber Daya Manusia terj. Diana Angelica, Jakarta: Salemba Empat,
2004.
Ranupandojo, Heidjrachman dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, Edisi Ketiga, Yogyakarta: Pelajar, 1986.
Simamora, H, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Edisi ke-2, Yogyakarta: Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, YKPN, 1997.
Saydam,
Gouzali, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jilid II, Cet. Pertama, Jakarta: Gunung Agung, 1996.
Taufik,Rahman, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bandung:
Citapustaka. Media Perintis, 2009.
T.
Ray Fortunato dan Geneva D.Waddel, Personnel Administration in Higher Education, California: Jossey Bass Inc., 1981.
Tilaar, H.A.R, Manajemen
Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Pidarta, Made, Manajemen Personalia,
Cet. Pertama, Jakarta: Bina Aksara, 1988.
[1]
Nasir Usman, Manaiemen Peningkatan Mutu Kinerja
Guru, Konsep,teori, don model (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012),h.17
[2]
Nasir Usman, Manajemen Peningkatan Mutu,h.18
[3] Taufik Rahman, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2009), h. 49.
[4] Robert L.Mathius- John H.Jackson, Human Resource
Manogement, Manajemen Sumber Daya
Manusia terj.Diana Angelica ( Jakarta: Salemba Empat, 2004), h.352.
[5] Nasir Usman,
Manajemen Peningkatan Mutu kerja Guru (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2012),h.110.
[7] Nasir Usman, Manajemen Peningkatan Mutu, h. 111.
[8]
S.A. Nitisemito Manajemen Personalia, Edisi Delapan (Jakarta: Penerbit
Ghalia Indonesia, 1994), h. 45.
[9] H.
Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-2, (Yogyakarta:
Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, YKPN, 1997), h. 67.
[10] M.
Armstrong Personnel Management Practice, Fourth Edition (London: Kogan
Page limited, 1991), h. 98.
[11] Simamora, Manajemen, h. 87.
[12] Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, Edisi Ketiga
(Yogyakarta: Pelajar, 1986), h. 77.
[13] Hani T. Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia, Edisi 2, BPFE (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), h. 103.
[14] Ronald Nangoi, Pengembangan Produksi Dan Sumber Daya Manusia, Cet. Kedua (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), h. 124.
[15] T.
Ray Fortunato dan Geneva D.Waddel, Personnel Administration in Higher
Education (California:
Jossey Bass Inc., 1981), h. 189.
[16]
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Jilid II, Cet. Pertama (Jakarta: Gunung Agung, 1996),
h. 63.
[19] Ranupandojo dan
Husnan, Manajemen, h. 82.
[20] H.A.R., Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa
Depan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994, h. 106-107.
[22] Hendri Simamora, Manajemen Sumber Daya, h. 273.
No comments:
Post a Comment